Dita masih saja diam membisu. Kehadiran teman-temannya tak dihiraukan. Hatinya masih sedih. Dia tak mampu menjawab pertanyaan teman-temannya. Sebenarnya dia juga kasihan melihat teman-temannya yang setia dengan sabar menanti penjelasannya.
Sebenarnya Dita juga kaget ditodong teman-temannya dengan berbagai pertanyaaan.
“ Hai, Dita...benar kamu mau pindah,” tanya Lusi berapi-api.
“ Mengapa kamu pindah, Dit,” rengek Siti dengan wajah yang memelas. Begitu juga Tono, Indra, Rahmat betubi-tubi minta penjelasan.
“ Ok, teman-teman.” Akhirnya Dita menyerah.
“ Sebenarnya sungguh berat hati aku menyampaikan berita ini. Tapi karena kalian sudah tahu akan rencana kepindahanku, terus terang aku juga menyesal. Benar kawan besok lusa aku akan pergi meninggalkan kalian. Pergi meninggalkan sekolah tercinta ini. Pergi untuk mengikuti orang tuaku. Aku telah berusaha supaya aku tetap menyelesaikan sekolahku di sini. Tapi orang tuaku tak setuju.”
“ Masa kamu tega Dit...” bisik Kayla mencoba merayu Dita.
Namun ,tekad Dita sudah bulat. Dadanya terasa sesak karena peristiwa seperti ini selalu terulang. Sudah lima kali Dita mengalami hal ini. Dita maklum karena tuntutan perkerjaaan ayahnya sebagai seorang TNI yang selalu berpindah-pindah tugas. Mau tak mau Dita harus menerima kenyataan ini.
Akhirnya teman-temannya dapat menerima alasan Dita. Dengan berat hati mereka menyalami Dita sambil berpesan supaya jangan melupakan persahabatan ini.
Tak kuasa Dita meneteskan air mata mengikuti kepergian teman-temannya.
“ Mudah-mudahan perjalanan panjang ini segera berakhir,” bisiknya dalam hati.
Karya : mbahBEJO
0 komentar:
Posting Komentar