WAHANA SISWA BERKARYA SEPANJANG MASA

Senin, 23 Maret 2020

WC TIGA PINTU


Pak Budi tersenyum puas melihat keadaan WC yang baru. “Tampak bersih dan nyaman ,”gumamnya. Beda dengan keadaan pertama kali dia dating WC itu tampak kotor tak terurus.
Konon kabarnya WC tersebut tidak ada yang berani pakai karena sering menimbulkan kejadian-kejadian aneh. Banyak cerita mengenai WC tersebut. Kadang ada suara minta tolong tetapi setelah dicari suara itu tak ada. Bahkan ada anak yang tak bisa membuka pintu. Padahal pintu itu tak terkunci dari luar.
Sejak kejadian itu tak ada lagi yang berani menggunakannya. Sehingga makin hari keadaan WC itu semakin parah.
Memang eman kalau WC itu dibiarkan rusak. WC tersebut memiliki 3 pintu. Cukup luas untuk memenuhi kebutuhan siswa.
Kadang Pak Budi geli melihat para siswa yang kencing sembarangan. Ada yang di bawah pohon atau yang di depan tembok.. Sungguh ironis sekolah tempatnya untuk memberi contoh yang baik hanya membiarkan siswa berbuat jorok.
Sekali lagi Pak Budi tersenyum lega. Mudahan-mudahan WC yang baru ini dapat digunakan dan siswa tak takut lagi.
Tiba-tiba terdengar suara gaduh dari balik pintu WC. Pak Budi kaget dan segera memeriksa. Dengan hati was-was Pak Budi membuka pintu yang terdengar gaduh. Pak Budi melompat terkejut melihat tikus keluar dari balik pintu. “Oh, hanya tikus!” Pak Budi berpikir lega. Pak Budi ingin meninggalkan tempat itu.
Baru ingin melangkah Paj Budi dikejutkan suara air yang memancar dari kran. Kembali Pak Budi memeriksa. Dia buka pintu pertama krannya baik-baik saja. Namun suara itu masih terdengar. Dia buka pintu kedua, Pak Budi juga hanya menemukan hal yang sama. Tak ada yang rusak. Mungkin ini kran WC pintu ketiga. Barangkali pak tukang lupa mematikan kran.
Akhirnya dengan sedikit jengkel karena sudah berkali-kali membuka pintu Pak Budi membuka pintu ketiga.
“Toooloong!” teriak Pak Budi sambil berlari. Ternyata dia melihat sepotong tangan yang sedang membuka tutup kran. (8370)


Selasa, 18 Februari 2020

Si Usil Jera


Sudah beberapa hari sekolah menjadi heboh. Gara-gara sepeda yang tertata rapi di tempat parkir menjadi berantakan. Tidak ada yang tahu siapa yang melakukan.
Keisengan ini membuat anak-anak jengkel dan resah. Bahkan ada yang mengumpat. “ Awas ya kalau sampai ketangkap.”
Talita Mirkha siswa kelas VI menjadi geram. “ Ayo, kawan-kawan kita tangkap si usil! ”   Walaupun  cewek ,Talita Mirkha memiliki keberanian  yang luar biasa. Para cowok keder menghadapinya.
Bel istirahat berbunyi. Talita  Mirkha mengajak temannya berkumpul. Ada Mita, Ady, Shopia, dan Mahendra. “ Bagaimana kalau si usil ini kita jebak !” ajak Talita Mirkha.
“ Ya, aku setuju !” jawab teman-temannya serempak.
“ Tapi bagaimana caranya. Kita khan tahu si usil ini pintar. Setiap melakukan aksinya tak pernah ketahuan. Bahkan ketika sepeda berserakan tak menimbulkan bunyi ,” celoteh Mika berapi-api.
Usaha mereka untuk menjebak si usil belum berhasil. Bahkan si usil menjadi lebih jahil. Baru saja sepeda ditata rapi langsung berantakan. Anehnya aksinya ini tidak ada yang mengetahuinya.
“ Aku punya ide !” teriak Ady kepada teman-temanya. Kemudian dia berbisik.
Siang itu anak-anak asyik mengerjakan tugas. Dengan serius mereka berdiskusi.
Tiba-tiba terdengar suara sangat keras. “Glontang...glontang…!” Anak-anak segera berhamburan keluar. Mereka dapati si usil kena jerat. Segera mereka arak si usil ke ruang guru. “Ampuuun…!” teriak si usil.
Sejak itu sekolah menjadi aman dan tertib. Mereka kapok untuk berbuat jahil. (mbahBejo)




Siang Bolong


Entah apa yang dirasakan Pak Miko sejak memasuki ruang kelas . Sudah berkali-kali dia minum. Sudah tiga gelas dia habiskan. Padahal cuaca pagi itu mendung. Tapi mengapa Pak Miko merasakan haus yang luar biasa.
Pak Miko kelihatan resah. Berkali-kali dia menengok ke luar kelas. “Heran, mengapa hawanya panas sekali,” guman Pak Miko sambil mengibaskan buku.
Pak Miko memperhatikan siswanya. Tampaknya biasa saja.   Tidak ada yang resah. Bahkan siswanya kelihatan asyik mengerjakan tugas yang diberikan. Tak ada yang mengeluh panas.
Sekali lagi Pak Miko meraih gelas minuman. Rasa hausnya tak bisa dibendung. Dia merasakan teng-gorokanya kering tak ketulungan.
Dia perhatikan anak-anak tidak ada yang mengeluh kehausan. “Aneh ,” pikirnya.”Mengapa aku saja yang merasakan”. Berkali-kali dia mencari jawabannya tapi tak menemukan juga.
Pak Miko jadi teringat cerita masyarakat sekitar yang mengatakan bahwa sekolah itu memang agak angker. Sudah beberapa kali terjadi kejadian tanpa nalar. Bulu kuduk Pak Miko jadi berdiri mengingat cerita-cerita tersebut.
Bel istirahat berbunyi. Anak-anak berhamburan keluar ruang. Tinggal Pak Miko sendirian. Dia coba melupakan apa yang dia rasakan. Namun .lagi-lagi rasa haus itu datang lagi. Dia lirik air minumnya tinggal seteguk. Dia tahan untuk tidak minum.
Tiba-tiba Pak Miko dikagetkan oleh suara.  “Takut…..takut….Haus…...haus……”
“ Pak takut, Pak haus,” teriaknya berulang-ulang. Pak Miko panik. Ternyata salah satu siswanya masuk ke kelas dalam keadaan seperti itu. Matanya mendelik. Badannya kejang-kejang. Akhirnya air yang tinggal seteguk dia berikan.
Aneh , seketika siswa itu sadar dan berucap, “Ada apa Pak”.
Pak Miko hanya geleng-geleng heran.(mbahBejo)






Selasa, 04 Februari 2020

Bangku Reot


Sudah lama Dita merasakan sesuatu yang aneh di ruang itu. Setiap kali memasuki ruang itu Dita merasa ada yang memperhatikannya.
Sudah lama Dita curiga terhadap bangku yang sudah using yang berada di pojok ruang. Tidak ada yang aneh memang. Tapi kalau diperhatikan selalu timbul pertanyaan mengapa bangku usang itu berada di ruang kelas? Kok tidak ditaruh dalam gudang saja.
Konon ceritanya sudah berkali-kali bangku itu diletakkan di gudang tapi selalu kembali lagi. Entah siapa yang meletakkan lagi. Namun sejak peristiwa itu tidak ada lagi yang berani mengusiknya.
Sebetulnya Dita tidak percaya terhadap cerita itu. Dia menganggap hanya tahayul. Dan tahayul itu dosa besar.. Dia yakin bahwa semua itu merupakan kehendak yang kuasa.
Bel tanda istirahat telah berbunyi. Anak-anak berhamburan keluar kelas untuk beristirahat.
Sementara Dita masih berada di ruang kelas karena sedang mengerjakan pekerjaan yang harus segera diselesaikan.. Ruang terasa sepi, sunyi tak ada susrapun. Dita terlalu asyik menyelesaikan pekerjaannya.
Tiba-tiba Dita merasakan hawa dingin menerobos ruang itu. Sejenak Dita menghentikan pekerjaannya. “Tadi apa ya!” bisiknya dalam hati. Dita menenggok ke kanan dan kiri. Sepi tak ada sesuatu.
Bulu kuduk Dita mulai berdiri. Dia merasakan ada sesuatu yang hadir di ruang itu. Mata Dita menatap bangku yang ada di pojok ruang.
 “ Toloooong…..!!” teriaknya. Tba-tiba.Dita berlari kencang meninggalkan ruang tanpa menghiraukan kertas yang berhamburan.
Ternyata Dita melihat kaki bangku itu berubah menjadi kaki yang berbulu hitam lebat. Ditapun tersadar dan berucap,” Astagfirulloh….”

(8370)

Si Kecil Yang Tangguh


Ada seorang anak kecil yang tinggal di desa, Anak itu bernama Anton, Dia dari keluarga yang kurang mampu. Anton duduk di bangku kelas 5 di sebuah SD di desanya.
Anton siswa yang paling cerdas. Anton tidak sombong,mudah bergaul dan ramah kepada siapapun.
Anton juga anak yang berbakti, tidak pernah membangkang kepada kedua orang tuanya.Dia sempatkan waktu untuk membantu pekerjaan orang tuanya. Walau hanya sekedar mencuci atau menyapu halaman.
Bahkan Antonpun tak malu bekerja di warung untuk meringankan beban orang tuanya. Dia berkeliling berjualan kerupuk di pinggir jalan . Terik matahari tak dia hiraukan untuk menawarkan dagangannya.
“Krupuk…,krupuk…!!” teriaknya sepanjang jalan.
Kini dia hanya bisa rebahan di kamar. Tak bisa lagi berjualan. Kakinya masih sakit. Dia belum dapat berjalan semenjak di tabrak sepeda motor.
Dia tak bisa melupakan kejadian itu. Ketika sedang berjualan, tiba-tiba ada sepeda motor yang berjalan sangat kencang melewatinya dan menyenggolnya. Hingga dia terjatuh. Dagangannya berhamburan. Dia terpental, merasakan sakit yang luar biasa. Sementara dia lihat sang pengendara melarikan diri.
Anton memang anak yang tangguh. Sakit yang dirasakannya tak membuat dia putus asa. Kini dia sudah pulih dan dapat sekolah seperti biasa.
Antonpun masih bisa tersenyum ketika dia  berhasil menjadi juara kelas. “ Tetap semangat !” ujarnya dalam hati.  

Oleh : May Sartika  
siswa kelas VI

Sabtu, 03 November 2018

SDN KALANGREJO LUNCURKAN BLOG PERPUSTAKAAN

News.Kalangrejo, 1 Nopember 2018

Setelah mendapat undangan diklat pengelolaan perpustakaan dari Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Blora, SDN Kalangrejo segera berbenah diri menata perpustakaan.
Salah satu usaha untuk mengenalkan Perpustakaan "CAHAYA"SDN Kalangrejo yaitu dengan membuat blog.
Akhirnya setelah melakukan persiapan yang matang SDN Kalangrejo berhasil meluncurkan blognya.
Blog ini bertujuan untuk memberi ruang kepada siswa untuk berkarya dalam menulis berita , puisi, cerpen, dan artikel.
Semoga ke depan Perpustakaan "CAHAYA" SDN Kalangrejo semakin jaya. @


Puisi Karya Chairil Anwar

Aku

Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Aku Berkaca

Ini muka penuh luka
Siapa punya ?
Kudengar seru menderu
dalam hatiku
Apa hanya angin lalu ?
Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta
Ah…….!!
Segala menebal, segala mengental
Segala tak kukenal ………….!!
Selamat tinggal …………….!

Cerita Buat Dien Tamaela

Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu
Beta Pattirajawane
Kikisan laut
Berdarah laut
Beta Pattirajawane
Ketika lahir dibawakan
Datu dayung sampan
Beta Pattirajawane, menjaga hutan pala
Beta api di pantai. Siapa mendekat
Tiga kali menyebut beta punya nama
Dalam sunyi malam ganggang menari
Menurut beta punya tifa,
Pohon pala, badan perawan jadi
Hidup sampai pagi tiba.
Mari menari!
mari beria!
mari berlupa!
Awas jangan bikin beta marah
Beta bikin pala mati, gadis kaku
Beta kirim datu-datu!
Beta ada di malam, ada di siang
Irama ganggang dan api membakar pulau…
Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu

Cintaku Jauh Di Pulau

Cintaku jauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya
Di air yang tenang, di angin mendayu
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.

Derai Derai Cemara

Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

Diponegoro

Di masa pembangunan ini
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

Doa

kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

Hampa

Kepada Sri
Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai di puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti
Sepi
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencengkung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.

Kawanku Dan Aku

Kami sama pejalan larut
Menembus kabut
Hujan mengucur badan
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan
Darahku mengental pekat. Aku tumpat pedat
Siapa berkata-kata?
Kawanku hanya rangka saja
Karena dera mengelucak tenaga
Dia bertanya jam berapa?
Sudah larut sekali
Hilang tenggelam segala makna
Dan gerak tak punya arti

Kepada Kawan

Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat,
mencengkam dari belakang ‘tika kita tidak melihat,
selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa,
belum bertugas kecewa dan gentar belum ada,
tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam,
layar merah berkibar hilang dalam kelam,
kawan, mari kita putuskan kini di sini:
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!
Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan,
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu,
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju,
Jangan tambatkan pada siang dan malam
Dan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat,
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat.
Tidak minta ampun atas segala dosa,
Tidak memberi pamit pada siapa saja!
Jadi
mari kita putuskan sekali lagi:
Ajal yang menarik kita, ‘kan merasa angkasa sepi,
Sekali lagi kawan, sebaris lagi:
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!!

Kepada Peminta-Minta

Baik, baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku
Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari muka
Sambil berjalan kau usap juga
Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau memandang
Menetes dari suasana kau datang
Sembarang kau merebah
Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku
Baik, baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku

Krawang – Bekasi

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
1957

Lagu Siul

Laron pada mati
Terbakar di sumbu lampu
Aku juga menemu
Ajal di cerlang caya matamu
Heran! ini badan yang selama berjaga
Habis hangus di api matamu
‘Ku kayak tidak tahu saja.
II
Aku kira
Beginilah nanti jadinya:
Kau kawin, beranak dan berbahagia
Sedang aku mengembara serupa Ahasveros
Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta,
Tak satu juga pintu terbuka.
Jadi baik kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak ‘kan apa-apa,
Aku terpanggang tinggal rangka
25 November 1945

Maju

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang

Malam

Mulai kelam
belum buntu malam
kami masih berjaga
–Thermopylae?-
– jagal tidak dikenal ? –
tapi nanti
sebelum siang membentang
kami sudah tenggelam hilang

Sumber : https://urusandunia.com/puisi-karya-chairil-anwar/


 
..:Hiasi Hidup Ini Dengan Kebaikan:..