Mata Denok belum
dapat terpejam. Dia galau. Perasaannya terasa tak enak. Padahal besok pagi dia
akan menghadapi USBN.Yaitu ujian sekolah untuk menentukan lulus atau tak lulus.
Bukannya dia tak siap. Jauh hari dia telah mempersiapkan diri untuk menghadapi
USBN. Namun ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
Jam dinding telah
berdering dua belas kali. Namun, Denok belum dapat memejamkan matanya. Sejuta
galau di hatinya belum terpecahkan. Dia masih ingat perkataan Bu Nista gurunya
tadi pagi. “Kau harus mau membantu teman-temanmu. Jawabanmu harus kau berikan
kepada teman-temanmu. Agar mereka bisa lulus semua”
Sebenarnya yang
disuruh bukan dia saja.. Teman-temannya : Anita, Bonita, Tedy, juga diminta Bu
Nista untuk membantu teman-teman saat ujian nanti.
“ Enak aja suruh
bagi-bagi jawaban,” gerutu Anita ketka bertemu dengan temannya.
“ Hm, benar! Untuk
apa sekolah kalau hanya menghandalkan bantuan kita.” celoteh Bonita menimpali
perkataan Anita.
“ Sudah...sudah!”
ucap Denok mencoba melerai temannya.
“ Sebaiknya kita tak
usah mempersoalkan hal ini. Kita turuti
saja perintah bu guru.”
“ Lho, kamu ini
gimana Nok. Dulu kamu selalu menentang segala kecurangan. Mengapa sekarang mengajak
kita berbuat curang. Rugi kita... Sudah capek-capek belajar. Hanya untuk
membantu orang lain ! ” gerutu Tedy yang biasanya selalu mengiyakan ajakan
Denok.
“ Iya, Nok. Benar
kata Tedy..” Bonita memberi dukungan.
“ Ok, baik
teman-teman, sebenarnya dalam hatiku juga berontak. Kita harus menentang segala kecurangan. Apalagi
kita adalah pelajar ,generasi penerus cita-cita bangsa. Apa jadinya nanti. Tapi
kita juga harus taat kepada guru. Permintaan Bu Nista bahwa hal itu demi membantu
teman-teman yang kesulitan juga ada benarnya.”
“ Namun aku tak setuju
! ” bantah Tedy semakin marah. ” Ini perbuatan tak terpuji.”
Perbebatan itu tak menemukan titik terang. Mereka pulang
dengan membawa masalah yang selama ini belum pernah mereka alami.
Esok harinya Denok
dan teman-temannya tampak gelisah. Apalagi Denok dia merasa bersalah karena
mengajak teman-temannya untuk menuruti permintaan Bu Nista. Dia terjebak. Dia
pasrah. Dia hanya bisa berdoa semoga Alllah SWT menunjukkan jalan yang terbaik.
Tiba-tiba Bu Nista
masuk kelas dan berkata sambil meneteskan air mata.
“ Anak-anak, Ibu
minta maaf karena telah meminta kalian untuk bekerja sama dalam menghadapi USBN.
Itu perbuatan tak baik. Sebenarnya Ibu hanya merasa khawatir saja, bila di
antara kalian ada yang tidak lulus. Namun, sekarang Ibu sadar dan percaya
kepada kalian. Kalian pasti mampu menghadapi USBN ini dengan baik. Berjuanglah
dengan gigih,percaya diri, dan berbuatlah jujur. Semoga kalian lulus semua.”
Bagaikan tersiram air
salju, hati Denok dan teman-temannya terasa lega. Mereka segera berucap syukur
kepada Allah SWT yang telah menyelesaikan masalah ini. Semoga kejadian ini
menjadi pelajaran yang berguna. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar