Mardian berlari-lari mengitari halaman sekolah sambil berteriak.
“ Hore...hore...hore... aku lulus! Aku berhasil......!” tanpa menghiraukan teman-temannya yang memandang keheranan. Mardian terus berlari, meloncat-loncat sehingga tanpa dia sadari celananya sedikit melorot. Anita yang mengetahui hal itu segera menutupi mukanya dengan kedua tangannya.
“ Heran aku. Mardian bersikap seperti itu,” gerutu Anita kepada Denok.
“ Ya...ya... aku juga heran. Mardian khan blo’on,” jawab Denok gemas karena Mardian lulus ujian. Padahal dia tahu Mardian tidak pandai. Bahkan Pancasila saja tak hafal.
Entah berapa kali Mardian tetap berlari. Teriknya matahari tak dihiraukan. Teguran teman-temannya tak dapat menghentikannya. Mardian malah bersemangat.
Tiba-tiba langit yang begitu cerah berubah menjadi gelap. Petir menggelegar beberapa kali. Namun , Mardian tetap cuek. Dia masih berlari mengitari halaman sekolah. Gerimis sudah turun. Tetapi Mardian acuh saja.
“ Byur...byur...byur... ,” Mardian tersentak kaget. Bajunya basah kuyup. Dan dia lebih kaget lagi karena Bu Guru sudah berdiri di depannya sambil membawa segelas air.
“ Ha...ha...hi..hi...,” tawa teman-temannya.
Karya : mbahBEJO
0 komentar:
Posting Komentar